DbClix

Sabtu, 12 Maret 2011

Siklus Kehidupan Jangkrik

A. Telur
Telur-telur dari marga Gryllus berbenruk silindris seperti buah pisang ambon, berwarna kuning muda bening dengan panjang rata-rata 2,5 - 3 mm. Di salah satu bagian atas dari telur ada tonjolan yang disebut operculum. Tonjolan ini merupakan celah untuk keluarnya nimfa dari dalam telur. Kulit telur tidak akan pecah bila ditekan sekalipun karena sangat liat dan kuat, baru bisa pecah bila ditusuk. Kulit telur ini berfungsi melindungi bagian dalam telur.
Saat telur baru diletakkan berwarna kuning muda, cerah dan segar. Satu hari kemudian warnanya berubah menjadi kuning tua cerah dengan garis-garis halus berwarna abu-abu. Tanda-tanda telur yang tidak bisa menetas adalah berwarna kuning agak gelap dengan permukaan keriput. Mengapa telur tidak dapat menetas? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, mungkin telur terserang parasit atau penyakit. Kedua, mungkin telur tersebut tidak terbuahi oleh jangkrik jantan. Ketiga, pada saat bertelur kondisi lingkungan tidak mendukung, seperti tidak adanya sarana tempat peletakan telur dan kelembabannya tidak mencukupi.
Di alam jangkrik dapat bertelur dan menetaskan telurnya pada tanah atau pasir. Telur ini dikeluarkan dan ditusukkan ovipositornya sedalam 5 - 15 mm di tanah atau pasir. Jangkrik betina dapat bertelur walaupun tidak dikawini jangkrik jantan. Namun telurnya tidak dapat menetas yang disebut dengan telur infertil (tidak subur). Telur ini diletakkan berkelompok. Dalam satu kelompok yang jumlahnya antara 4 - 120 butir ini menetasnya tidak bersamaan. Telur akan menetas di permukaan kapas atau kain yang lembut dan basah pada kisaran hari ke-13 sampai hari ke-25 setelah peletakan telur.

B. Nimfa
Jangkrik stadia nimfa mengalami lima kali pergantian kulit yang disebut eksdisis. Lama proses pergantian kulit tergantung pada besarnya serangga. Pergantian kulit pertama, saat serangga masih kecil, lebih cepat daripada pergantian kulit yang terakhir. Untuk pergantian kulit yang terakhir jangkrik membutuhkan waktu rata-rata 13-15 menit di laboratorium. Kulit dilepaskan dari arah depan ke belakang dengan mengontraksikan otot-ototnya secara pelan-pelan. Jangkrik yang baru berganti kulit warnanya putih pucat. Lima sampai sepuluh menit kemudian warnanya berubah menjadi cokelat muda. Setelah satu jam berikutnya warna berubah menjadi cokelat tua dan sudah dapat berjalan seperti biasanya.
Nimfa I yang baru keluar dari telur masih tetap bergerombol di sekitar sisa-sisa kulit telur sambil memakn sisa-sisa cairan telur. Selanjutnya nimfa berpencar satu per satu dengan arah yang tidak teratur, dan akan berkumpul di sekitar tempat penetasan yang basah atau lembab sambil mengisapnya.
Lama stadia nimfa G. testaceus Walk dan G. mitratus di laboratorium berbeda. Lama stadia nimfa ini selain tergantung jenis jangkriknya juga tergantung jenis makanan yang diberikan. Di laboratorium, nimfa dari jenis yang sama diberi makanan ubi mengalami pertumbuhan lebih lama dibanding dengan diberi wortel. Tetapi jangkrik yang diberi makan ubi mempunyai stamina lebih kuat.
Pada nimfa IV, selain opivositor pada betina mulai muncul, juga sayap-sayap mulai berkembang. Pada nimfa V barulah lengkap pertumbuhan sayap jantan dan betina dan bisa dikawinkan.

C. Dewasa
Serangga muda jenis Gryllus testacus yang dipelihara di laboratorium mulai dapat kawin setelah berumur 7-10 hari, dihitung setelah melewati nimfa V atau setelah menjadi imago atau dewasa. Untuk G. mitratus kawin mulai 8-13 hari. Mulai bertelurnya sama, yaitu 7-10 hari setelah kawin.
Jumlah telur yang dikeluarkan atau diletakkan pertama kali umumnya sedikit, kemudian bertambah pada peletakan selanjutnya. Puncak peletakan telur terbanyak pada peletakan yang ketiga sampai kedelapan. Setelah itu jumlahnya menurun lagi sampai pada peletakan telur terakhir yang jumlahnya rata-rata tinggal 4-6 butir. Frekuensi bertelur dari G. testaceus sekitar 16 kali, sedangkan G. mitratus sekitar 25 kali.
Telur diletakkan pada media peneluran yang berupa gulungan kapas atau kain halus yang telah dibasahi. Kapas dan kain yang lembab selain berguna untuk meletakkan telur juga berfungsi untuk menjaga kelembaban lingkungan. Peletakan telur dilakukan oleh serangga betina dengan cara menusukkan ovipositor ke dalam tanah, gulungan kapas atau kain.
Telur dikeluarkan melalui ovipositor satu per satu. Setelah satu telur keluar, ovipositor ditarik dan digeser sedikit kemudian telur dikeluarkan lagi dan begitu seterusnya sehingga telur terlindungi oleh tanah atau kapas. Jika tidak ditemui media untuk bertelur tersebut maka telur akan diletakkan di sela-sela makanan atau diletakkan berceceran di dasar kandang.
Masa produktif jangkrik betina berbeda tergantung jenisnya, yaitu antara 45-60 hari. Setelah masa produktifnya lewat, betina akan mengalami menopause sebelum ajal kematian menjemputnya.
Pada masaa-masa produktif ini baik jantan maupun betina saling memakan, walaupun makanan berlimpah.


Itulah siklus hidup jangkrik berdasarkan sumber yang saya baca.
Ada beberapa hal yang sebenarnya sedikit berbeda dengan apa yang saya lakukan atau temui selama saya memelihara jangkrik.
Pada masa penetasan, saya menggunakan media kain tipis kemudian telur ditebarsecara merata di atas kain tersebut. Untuk menjaga kelembaban saya semprot menggunakan sprayer 2 kali dalam satu hari. Telur mulai menetas 2-3 hari setelah ditebar...

4 komentar:

  1. rumahku sekarang banyak kedatangan jangkrik. bagaimana cara ngusir dan mencegah supaya yang lain tdk pada datang? makasih

    BalasHapus
  2. gan kandang idealxa gmna?

    BalasHapus
  3. Perlu diberi gambar atau foto perkembangan jangkrik.
    Trimakasih.

    BalasHapus
  4. Perlu diberi gambar atau foto perkembangan jangkrik.
    Trimakasih.

    BalasHapus